Share To

Senin, 28 Februari 2011

Cara Tepat Berkomunikasi dengan Anak

“Aduh kamu ini sudah kelas dua kok masih belum bisa menghitung, contoh tuh si Ahmad, dia sudah lancar menghitung, nilai matematikanya juga bagus.” Seringkali kalimat tersebut terlontar dari para orang tua apabila anak menunjukan sisi ketidakmampuannya.

Padahal membandingkan anak sendiri dengan anak lain, yang mungkin lebih menonjol dalam sesuatu hal, dengan maksud agar anak termotivasi untuk maju dan belajar lebih giat lagi, bukanlah tindakan yang tepat.

Kadangkala orang tua tidak menyadari ungkapan membandingkan seperti itu justru membuat anak menjadi lebih minder dan tidak percaya diri. Hal ini tentu saja berpengaruh dalam perkembangan psikologis anak.

Psikolog Dr. Rose Mini Adi Prianto M.Psi, atau yang lebih akrab disapa Mba Romy mengatakan perkembangan masing-masing anak berbeda. Ada yang tingkat kemampuan berjalannya lebih cepat, ada yang kemampuan membacanya yang lebih dulu berkembang dibandingkan yang lain walaupun pola tumbuh kembangnya sama.

Anak yang tidak bisa matematika atau nilai matematikanya rendah belum tentu anak yang bodoh. Bisa jadi dia lebih pintar di bidang lain yang lebih diminatinya.

Solusinya, lakukan komunikasi dengan anak dan kenali apa yang menjadi hambatannya. Jangan menebak-nebak apa yang ingin dia katakan atau lakukan dan jangan sekali-kali memasang wajah cemberut ketika berbicara.

Berikut beberapa tips yang bisa dilakukan orang tua dalam berkomunikasi dengan anak :
  1. Tunjukkan perhatian dan luangkan waktu untuk mendengarkan anak berbicara. Hentikan sementara aktifitas yang sedang anda lakukan dan berkonsentrasilah pada apa yang sedang mereka katakan.
  2. Cobalah memahami dan merasakan apa yang telah mereka ungkapkan.
  3. Buatlah suasana santai dan rileks agar anak lebih mudah dan lebih banyak berbicara dan bercerita.
  4. Munculkan bahasa tubuh yang hangat, menerima dan menaruh konsentrasi penuh. Jangan cuek atau acuh tak acuh. Usahakan untuk memposisikan diri sejajar dengan anak agar dapat langsung menatap ke arahnya.
  5. Pergunakan bahasa yang spesifik, mudah dimengerti oleh anak. Hindari istilah-istilah sulit dan kalimat yang ambigu.
  6. Perhatikan bahasa tubuh yang tampil dari anak. Terkadang ada anak yang sedikit sekali berbicara namun lebih memunculkan respon lewat gerakan tubuh.
  7. Jadilah pendengar yang aktif dengan ekpresi kalimat dan gerakan tubuh seperti menganggukkan kepala, menggeleng, ekspesi mata dan sebagainya.
  8. Gunakan prinsip “berbicara dengan anak” bukan “berbicara pada anak.”
  9. Biarkan cerita anak mengalir, hindari memotong pembicaraan atau bahkan menilai dan menghakimi cerita anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar